Rabu, 05 Agustus 2009

Sehat>> Pengobatan Alternatif


CACAR AIR >> VARISELA
Baru-baru ini saya mengalami penyakit yang belum pernah saya rasakan,meskipun terbilang "umum" tapi yang namanya pertama kali pastinya agak-agak lost control juga.
Sekitar 2 bulan yang lalu saya menderita penyakit Cacar Air (Varisela) yang katanya penyakit ini hanya menyerang satu kali dalam hidup, (masih diteliti kebenarannya). Berhubung mungkin waktu kecil saya belum pernah mengalaminya, so meski tidak kontak langsung dengan penderitanya saya tetap saja kena.
Ada yang mengatakan penyakit ini bisa menular, jika seseorang belum pernah kena disarankan untuk tidak kontak langsung dengan penderita cacar air tersebut.

Gejala awal yang saya alami adalah suhu badan yang tinggi diikuti dengan demam, kemudian tenggorokan terasa sakit layaknya panas dalam. Kemudian demam berlanjut, diwaktu malam badan terasa dingin menggigil yang luar biasa.
Kemudian demam tersebut seolah sembuh, suhu badan menurun tapi tenggorokan tetap sakit dan selera makan hilang. Nah pada fase inilah bintik-bintik mulai muncul di wajah yang pada awalnya seperti jerawat. Ingat ! jangan sesekali memecahkannya!
Bintik-bintik tersebut menyebar didada, punggung dan kepala hingga wajah. Terasa mulai gatal diikuti panas yang luar biasa....

Gejala berikutnya timbul ruam-ruam merah pada awalnya dan kemudian beberapa jam kemudian timbul lepuhan. Bentuk lepuhan ini khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops). Apabila kita diperhatikan, bentuk lepuhan ini rata, tidak ada lekukan di tengahnya (unumbilicated vesicle). Kalau ada lekukan di tengah lepuhan, biasanya bukan cacar air. Jadi, jika terlihat ada lepuhan, dan mulainya dari bagian tengah badan ke samping, didahului oleh gejala lemas, demam disertai napsu makan menurun, maka kita sudah harus memikirkan kemungkinan anak terkena cacar air. Apalagi jika sekitar 2 minggu sebelumnya ada kontak dengan penderita cacar air. Bintik bintik ini dapat mengenai kulit dan mukosa yaitu bisa mengenai badan, muka dan bagian tubuh yang lain.

Jika lepuhan ini digaruk, maka ia akan pecah dan terbuka. Akibatnya, kulit tidak lagi mempunyai perlindungan dan bisa kemasukan bakteri. Misalnya, jika mandi dengan air yang tidak bersih maka akan terjadi infeksi sekunder akibat bakteri. Kalau infeksi seperti ini terjadi, berarti penyakit virus cacar air akan ditambah dengan penyakit bakteri kulit. Penyembuhannya pun tidak lagi primer dan biasanya akan mengakibatkan terbentuknya jaringan ikat (scar) yang akan meninggalkan bekas. Hal ini yang mungkin dulu menyebabkan orang tua melarang anaknya yang kena cacar air untuk mandi.

Pengobatan


Tidak ada terapi yang spesifik untuk cacar air. Apabila demam dapat diberikan obat penurun panas. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikab bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (mengandung mentol, kamfora). Bedak ini selain mengurangi rasa gatal juga mencegah pecahnya lepuhan secara dini. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika.

Siapapun yang belum terkena penyakit ini, akan terjangkit. Sedangkan siapapun yang sudah terkena penyakit ini dianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin. Lama perlindungan dari vaksin ini belum dapat diketahui dengan pasti, meskipun demikian vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah 4-6 tahun. Program Imunisasi Nasional memberikan imunisasi secara gratis bagi bayi yang berusia 18 bulan yang belum pernah menderita infeksi cacar air sebelumnya dan dosis ketinggalan untuk anak remaja di kelas 7 sekolah menengah yang juga belum pernah menderita cacar air dan divaksinasi sebelumnya.

Saya disarankan oleh seorang teman untuk mencoba mengkonsumsi rebusan akar panda 2x sehari (lumayan cukup membantu)

Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberikan hasil yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.

0 comments:

Posting Komentar